SUMEDANG- Matadunianews.com- Rabu 7 Oktober 2025, Nama Kepala Desa Sukamanah, Kecamatan Jatinunggal, Ocin, mendadak jadi buah bibir. Bukan karena proyek besar atau gebrakan pembangunan, melainkan karena satu potret sederhana — dirinya tertidur di masjid saat jam kerja.
Sekilas, momen itu tampak seperti kelalaian. Namun di balik gambar yang seolah “sunyi tanggung jawab” itu, tersimpan kisah seorang pemimpin yang justru sedang berjuang melawan batas raganya sendiri.
Hari itu, tubuh Ocin memang tak sekuat biasanya. Tapi, rasa tanggung jawabnya jauh lebih besar dari rasa sakit yang ia tahan. Ia tetap datang ke kantor desa, menolak kalah oleh lelah.
Setelah menunaikan salat Dhuha di masjid dekat kantor, tubuhnya mendadak terasa berat—seolah seluruh tenaga luruh bersama doa yang baru saja dipanjatkan.
“Setelah salat Dhuha, badan saya benar-benar drop. Jadi saya putuskan istirahat sebentar di masjid biar tenaga kembali. Saya tidak mau memaksakan diri sampai tumbang,” ujarnya pelan, matanya teduh namun jujur.
Kelelahan itu ternyata bukan tanpa sebab. Selama tiga malam berturut-turut, Ocin menghadiri pengajian di lingkungan warga—menyambangi satu demi satu undangan, mendengar keluh, menyapa hangat di sela sejuk malam. Dedikasi itu membuat waktu istirahatnya terkuras, tapi semangatnya untuk hadir di tengah warganya tak pernah surut.
“Mungkin karena tiga malam berturut-turut ikut pengajian warga, badan saya akhirnya tidak kuat. Tapi saya tidak mau absen, karena pelayanan tetap harus jalan,” tuturnya.
Ia sadar, dari luar mungkin tampak seperti kelengahan. Namun bagi dirinya, itu justru bentuk tanggung jawab—datang meski tubuh nyaris menyerah. “Kalau saya tidak punya rasa tanggung jawab, saya bisa saja izin sakit dan istirahat di rumah. Tapi saya tetap datang karena ingin tetap ada untuk warga,” katanya, menegaskan.
Dengan rendah hati, Ocin pun menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat. “Saya mohon maaf jika ada yang kurang berkenan. Saya harap warga bisa maklum, karena saya sama sekali tidak bermaksud lalai. Saya hanya manusia biasa yang kebetulan sedang kelelahan,” ucapnya.
Di tengah hiruk-pikuk penilaian publik yang sering tajam tanpa jeda, sosok Ocin menjadi cermin kecil tentang ketulusan yang tak selalu tampak gagah.
Pengabdian memang tak selalu berseragam rapi dan berdiri tegap di podium. Kadang, ia hadir dalam wujud sederhana — seorang kepala desa yang tertidur sejenak di masjid, bukan karena malas, tapi karena raga yang kalah oleh tanggung jawab yang tak pernah tidur.
( Edy ms).