FTBI SD Sumedang: Tunas Muda Genggam Obor Pelestarian Bahasa Sunda

oleh -75 Dilihat
oleh
FTBI SD Sumedang: Tunas Muda Genggam Obor Pelestarian Bahasa Sunda

SUMEDANG- Matadunianews.com-  Jumat (26/9/2025) — Aula SMK Muhammadiyah 1 Sumedang menjadi saksi semangat ratusan siswa SD dari 26 kecamatan yang berpartisipasi dalam Festival Tunas Bahasa Ibu (FTBI) tingkat Kabupaten Sumedang. Ajang ini tidak hanya menjadi kompetisi, tetapi juga gerakan pelestarian bahasa Sunda di tengah arus modernisasi.

Suasana penuh antusias tampak sejak pembukaan. Seorang peserta membacakan sajak dengan suara bergetar, sementara di sudut lain anak-anak menyiapkan carpon dengan mata berbinar. Setiap kata dan bait yang terucap seakan menghidupkan kembali kekayaan budaya yang diwariskan leluhur.

FTBI SD Sumedang: Tunas Muda Genggam Obor Pelestarian Bahasa Sunda

Delapan cabang lomba digelar pada festival ini: Ngadongeng (bercerita), Biantara (pidato), Maca Sajak (membaca puisi), Carpon (cerita pendek), Nembang Pupuh (menyanyikan pupuh), Maca jeung Nulis Aksara Sunda (membaca dan menulis aksara Sunda), serta Borangan/Ngabodor Sorangan (stand-up Sunda). Para juara akan melangkah mewakili Kabupaten Sumedang di tingkat Provinsi Jawa Barat.

Ketua K3S Kecamatan Tanjungmedar, Nandang Koswara, S.Pd, yang akrab disapa Asep GAM, menyampaikan rasa bangganya. “Kami bahagia melihat anak-anak berani tampil menggunakan bahasa Sunda. Rasanya seperti menyaksikan warisan orang tua kita hidup kembali,” ucapnya.

FTBI SD Sumedang: Tunas Muda Genggam Obor Pelestarian Bahasa Sunda

Sementara itu, Ketua K3S Kabupaten Sumedang, Dede Yasin Jamahsari, S.Pd, menekankan FTBI sebagai bagian dari ikhtiar pelestarian budaya. “Festival ini merupakan upaya merevitalisasi bahasa daerah agar tetap diucapkan, dicintai, dan dibanggakan generasi muda. Ini juga menjadi ruang apresiasi dan evaluasi pembelajaran bahasa Sunda di sekolah,” jelasnya.

Di balik kemeriahan, tersimpan kegelisahan akan tantangan zaman. Globalisasi sering membuat anak-anak lebih dekat dengan bahasa asing daripada bahasa ibu. Aksara Sunda dikhawatirkan hanya menjadi ornamen, pupuh sekadar pengiring acara adat, dan dongeng tinggal kenangan.

“Karena itu, FTBI hadir seperti oase. Ia menumbuhkan tunas-tunas muda agar tidak tercerabut dari akar budaya. Setiap pupuh yang dinyanyikan dan aksara Sunda yang ditulis penuh hati-hati adalah simbol harapan bahwa bahasa ibu tak akan hilang,” tutur Dede.

Melalui festival ini, Sumedang menyampaikan pesan kuat: menjaga bahasa Sunda berarti menjaga identitas bangsa. Dengan polos dan penuh ketulusan, anak-anak kini menjadi penjaga obor warisan budaya yang tak ternilai.

 

 

Penulis: (Edy Ms)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.