SUMEDANG- Matadunianews.com- 18 Oktober 2025, Di atas kertas, kebijakan alokasi 20 persen dana desa untuk ketahanan pangan terdengar bak simfoni pembangunan yang merdu. Ia menegaskan cita-cita besar, desa yang mandiri lewat pertanian, peternakan, dan perikanan. Regulasi pun sudah jelas, ada Permendes No. 2 Tahun 2024 dan Keputusan Menteri Desa No. 3 Tahun 2025 yang menjadi kompas arah kebijakan.
Namun, seperti banyak simfoni di negeri ini, yang indah di partitur sering kali sumbang di panggung. Di lapangan, banyak desa justru menari tanpa irama aturan. Program ketahanan pangan yang sejatinya ditujukan untuk memperkuat dapur warga, malah sering berubah menjadi sekadar angka dalam laporan, proposal yang copy-paste, atau proyek tanpa napas analisis dari BUMDes.
BUMDes, yang mestinya menjadi dapur inovasi dan pusat ekonomi desa, kadang hanya dijadikan “alat stempel” belaka. Proposal diajukan tanpa kajian matang, sementara arah kegiatan lebih banyak mengikuti selera sesaat daripada kebutuhan riil masyarakat. Akibatnya, dana yang seharusnya menyuburkan lahan justru menguap di udara birokrasi dan formalitas.
Kita lupa bahwa ketahanan pangan bukan tentang membagi-bagi anggaran, tapi membangun daya hidup. Bukan tentang proyek sekali tanam, tapi tentang menanam kesadaran bahwa desa bisa berdiri di atas kaki sendiri.
Sayangnya, dalam praktiknya, semangat ini sering tertimbun oleh tumpukan berkas dan seremonial. Padahal jika dikelola dengan benar, 20 persen dana desa itu bisa menjadi pupuk bagi lahirnya lumbung pangan mandiri, tempat petani tak lagi bergantung pada tengkulak, peternak tak lagi merugi karena pakan mahal, dan nelayan bisa tersenyum karena hasil lautnya dikelola bersama.
Ketahanan pangan sejatinya adalah urusan perut, tapi juga soal harga diri. Dan harga diri desa tidak akan tumbuh dari proposal yang dibuat tergesa, melainkan dari kerja yang menjejak tanah, dari tangan-tangan yang menanam, bukan sekadar menandatangani.
Mungkin sudah saatnya pemerintah desa kembali bertanya, Apakah anggaran ketahanan pangan kita sudah benar-benar mengenyangkan rakyat, atau baru sekadar mengenyangkan laporan?
(Edy Ms)